Tuesday, June 5

Ujian akhir dan Kegelisahan masa depan


Lega rasanya, sudah dapat ngumpulin beberapa tugas. Dua materi lagi sisa ujian akhir semester yang aku tempuh. Namun terasa lega sekali empat materi sudah lolos, maksudnya tinggal tunggu nilai. Materi analisa folklore dan kebudayaan Indonesia pertama sudah ujian, aku berharap dapat A di sini. Prof. James Danandjaja seorang antropolog folklor yang baik sekali. Ia sangat menguasai folklor di Indonesia, baru-baru malah mau menerbitkan folklor Tionghoa. Semester kemarin aku ikut kuliahnya tentang Antropologi Psikologi. Kepakarannya dalam bidang antropologi sudah diragukan lagi, sayang usianya sudah berkepala delapan sehingga beberapa memorinya tidak sekuat dulu lagi.

Selanjutnya adalah laporan penelitian lapangan dari materi penelitian antropologi; metode dan praktik. Kegiatan penelitian ini banyak menyita waktuku. Dari awal penelitian sampai akhir kita bagaikan dikejar-kejar oleh waktu. Prosedur yang panjang dan waktu sempit menjadi refleksi kami. Hasilnya pun tidak begitu maksimal. Namun karena yang penting adalah proses. Menurut dosen kami sudah bagus, dan topik-topik yang kami teliti juga bagus. Seluruh laporan kami berjumlah 90 halaman. Ditambah dengan catatan lapangan dan lain-lain berjumlah 225 halaman. Yang kami kelewatan adalah mencantumkan beberapa foto-foto yang kami ambil ketika penelitian. Karena saat pengeprint-an kita sudah last minute, buru-buru, dan baru teringat ketika sudah difotokopi dan dijilid. Ya sudahlah, caaaaapek deh, kalau terus mikirin. Kami hanya mikiran setelah itu masih ada tugas 2 mata kuliah berupa soal ujian yang lumayan susah jawabnya yang belum kami kerjakan.

Senin adalah puncak-puncaknya, kalau bisa dibilang ini adalah ”the final countdown”. Ada tiga tugas yang harus selesai saat itu juga. Pagi jam 10.00 kita harus mempresentasikan hasil penelitian kita di depan para hadirin, yang sebagian besar adalah para alumni dan senior-senior kami di antropologi. Acara berlangsung sampai pukul 13.00. Karena kelelahanku dan beberapa teman-teman, berencana untuk mengumpulkan tugas dua lagi besok hari. Namun mbak Endang, satu tim dengan kelompok aku, menganjurkan aku agar mengerjakannya saat ini juga. Karena sudah tahu tugasku tinggal dikit lagi. Ia tahu sekali dosen yang mengajar kedua materi ini. Meskipun diam tapi dia itu mencatat loh siapa yang terlambat dan tidak, menurut keterangannya.

Aku berdua menyelesaikan di ruang itu juga. Sedangkan teman-teman lain ada yang sudah mengumpulkan ada juga yang belum. Setelah menggeber dalam waktu dua jam akhirnya kelar juga. Dalam keadaan lemas dan perut kosong, sebab sejak siang kemarin belum kemasukan nasi. Hanya kemarin sore aku dan Yusran beli mendoan dan es yang namanya aneh-aneh, ada es jelangkung, es black magic, es pocong, es voodo dan nama-nama angker lainnya. Heran juga tuh warung, nama-nama angker yang dipakai di sejumlah minuman malah bikin laris. Ada aji-ajinya kali ye?? Dari rasa dan kombinasinya juga biasa-biasa saja. Memang kreatif sih yang buat-buat seperti. Hari-hari biasa bahkan pada antri. Kembali ke masalah perut, semalam begadang untuk menyelesaikan tugas yang tidak kelar juga. Jadi setelah merasa lega ngumpulin semua lalu pulang ke kost, dan bruuuk langsung tidur. Bangun-bangun jam delapan, wah magrib lewat. Qodlo’ dong.

Setelah bangun dan salat, aku kepengin ke tempat saudara. Sabtu lalu aku mendengar mereka lagi mau menjenguk bulek di Gubug yang sedang sakit kanker paru-paru, tapi di tengah perjalanan malah menabrak anak. Sekarang anaknya lagi kritis di UGD RS Kariadi Semarang. Alhamdulillah urusan keluarga, polisi dan lain-lain dapat diselesaikan. Jadi minggu sudah bisa balik lagi dan senin sudah bisa kerja. Namun aku lihat masih ada gurat-gurat kelelahan di matanya atas musibah yang tidak disangka-sangka. Menurutnya, semoga dapat menjadi kuat dan pelajaran yang berharga sekali buat dia dan keluarga. Ia sendiri tidak mempermasalahkan ia salah atau tidak, tapi tanggungjawab moral tetap ada. Seandainya ditinggal lari saat itupun bisa. Tapi tidak manusiawi dan tidak bertanggungjawab.


Sekarang tinggal dua materi lagi. Materi Adaptasi manusia, dosennya meminta masing-masing membuat rasume selama kuliah berlangsung. Gila, banyak banget. Lalu ada Antropologi Hukum satu lagi. Untuk Antrops Hukum kami diberi tugas untuk melakukan wawancara dengan orang asing yang tinggal di Indonesia. Membahas masalah hukum dan masalah hukum yang pernah dialaminya. Jum’at tanggal 8 Juni terakhir kita harus serahkan tugas Adaptasi Manusia sedangkan Antropologi Hukum tanggal 14 Juni. Habis itu selesai.

Genap sudah materi-materi pilihan yang aku ambil. Jika semua lulus aku tinggal nulis saja. Tinggal melakukan penelitian. Ada dalam pikiran untuk ambil cuti saja. Agar bisa ada waktu untuk mempersiapkan rencana penelitian dan sambil mencari pengalaman dengan kerja. Wallahu a’lam lah. Sebab menurut pihak jurusan, sayang kalau aku ambil cuti. Lebih baik lanjut saja. Kan ada masih ada waktu tenggat tiga bulan sampai bulan Agustus depan. Rasa khawatir dan gelisah terus menyelimuti hatiku. Soalnya rencana sebelum tanggal 18 Juni ini aku harus keluar kost. Lalu kemana, pulang atau masih di Jakarta. Cari pengalaman, kerja, atau jalan-jalan? Entahlah. Kembali ke rumah Gandul, ....???, iya kalau masih diterima. Nggak tahu deh, yang pasti sudah tidak seperti dulu lagi. Harus bisa mandiri dan punya gawe.

Yang pasti aku harus pulang. Aku ingin ta’ziyah ke kuburan nenek. Seminggu yang lalu ia meninggal namun saya baru dengar kabar setelah dikubur dan mami melarang saya untuk pulang. Sayang lagi ujian. Lagian semua sudah ikhlas, nenek meninggal dengan baik, bisa ngucap kalimat Lai ilaaha illa-l-Allah. Doakan saja. Ingin nekat pulang saat itu juga. Tapi mikir juga kalau pulang dan taruh badan lalu kembali balik ke Jakarta, yang jatuh berisikonya pada saya. Sebab seninnya saya ada ujian. Malam itu juga saya selesai salat isya’ membaca yasin tiga kali dan mendoakan nenekku tersayang, Sukirah binti Amat Duki. Allahummaghfirlahaa war hamhaa wa ’aafihaa wa’fu ’anhaa, amin ya Rabbal ’alamin.

Di akhir-akhir kuliah ini aku merasa masih jauh dari harapan yang ingin ku raih. Beberapa materi dan tradisi keilmuan ini belum begitu aku kuasai. Masih sedikit bacaan yang aku baca. Butuh banyak membaca dan rajin untuk mengulang-ulang apa yang sudah saya dapat. Keresahan dan kegelisah ini terus menyelimuti hatiku. Semoga mendapat pencerahan dan petunjuk yaa Allah. Berikan hambaMu ini kekuatan dan kepercayaan diri untuk menghadapi masa depan ini yang penuh tantangan. Wa tsabbit aqdaamanaa wansurnaa alaa qoumi dzolimin.

Depok, 5 Juni 2007