Sunday, July 27

Cerita Gadis Gadis Riyadh

Sehari setelah kedatangan saya di Jakarta. Saya pakai untuk membaca buku novel setebal 406 halaman ini yang saya temukan di tempat saudara. Sebuah novel yang bertutur tentang kisah empat orang sahabat (perempuan semua) dari Riyadh. Judulnya "The Girl of Riyadh". Kabarnya buku aslinya ditulis dalam bahasa Arab dilarang beredar di Arab Saudi. Tapi naskahnya sudah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa Asing, termasuk bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Ramala Books Jakarta.

Keunikannya dari tulisannya selain karena memang betul kisah nyata, bahwa semua rangkaian cerita tersebut rutin ditulis secara berkala oleh penulisnya melalui email yang dapat dinikmati melalui dunia maya, internet. Setiap Jum'at penulis mengirimkan lanjutan ceritanya melalui group emailnya, (seerehwenfadha7et@yahoogroups.com). Jumlah semuanya ada 50 buah email. Ditulisnya dari tanggal 13/2/2004 dan ditutup pada 4/2/2005. Genap setahun lamanya.

Selama rentang waktu itu, tulisan ini mengundang banyak tanggapan. Ada yang menanggapi positif, negatif, marah, benci, sedih dan lain sebagainya. Setidaknya, setiap awal pekan, hari Sabtu, isi email tersebut menjadi topik diskusi di setiap sudut kota dan warung-warung kopi.

Pada setiap awal email, selalu ia mengawali dengan bait syair dari penyair terkenal atau ayat suci al-Qur'an. Tak ketinggalan, ia menceritakan pula tentang email-email yang sampai kepadanya. Respon dari email minggu lalu dan email-email sebelumnya ia ringkas menjadi intro dari kisah barunya.

Meski dinilai dari pihak Arab, banyak mengungkapkan aib bangsa Arab sendiri, khususnya wanita Arab. Ia bersikukuh bahwa ia hanya mengungkapkan realitas yang selama muncul di dunia Arab. Suatu hal yang tabu memang tapi perlu disuarakan, menurutnya. Karena ia ibarat bom waktu. Suatu saat akan meledak dengan dahsyat. Ia mengungkapkan suatu realitas yang menimpa para perempuan yang hidup di sebuah negeri yang tidak bisa lepas dari kemodernan tapi tuntutan adat dan aturan tidak boleh dilanggar. Bagaimana seharusnya mereka bersikap?

Ada isu gender, isu kekuasaan, globalisasi, isu kontestasi, isu nilai-nilai adat, superioritas, dan terlebih lagi adalah nilai-nilai agama. Keempat sahabat itu ialah Shedim, Qamrah, Michelle, dan Lumeis.

Saya terkesan pada sebuah bait puisi yang ditulis di email ke-49 dari seorang penyair yang sering dikutip oleh penulis;

Kalau kutahu cinta itu berbahaya sekali, aku tidak akan mencinta
Kalau kutahu laut itu dalam sekali, aku tidak akan melaut
Kalau kutahu akhir semua kisah, tak kan mungkin kumulai merajutnya
(Nizar Qubany)

Seperti layaknya film serial yang seri berikutnya penuh dengan teka-teki. Dari satu email ke email berikutnya selalu mengundang misteri. Onak dan misteri kehidupan ini seolah-olah tidak bisa diterka. Rahasia Ilahi. Nasib. Sebuah garis kehidupan.

Sebenarnya cerita patut dihargai sebagai langkah berani. Berani untuk menyatakan bahwa saat sudah tidak jaman jahiliyah lagi. Tidak lagi jaman Fir'aun. Wallahua'lam.

Wanita sebagaimana ibu kita, punya peranan yang sama besarnya dalam keluarga dibanding seorang Ayah. Tidak boleh direndahkan apalagi menerima kekerasan dan penghinaan. Sebagaimana diungkapkan olehnya bahwa lelaki membutuhkan seorang wanita pendamping yang dapat memahaminya, namun wanita membutuhkan seorang yang mencintainya. Nabi Muhammad pun tidak pernah menyakiti wanita.

Supaya tidak penasaran dan untuk lebih lengkapnya. Ada baiknya anda membaca bukunya sendiri atau ikut bergabung dalam komunitas dunia maya di seerehwenfadha7et@yahoogroups.com. Walaupun tulisan ini sudah terbit sejak tahun 2006. Namun tidaklah ketinggalan jika anda mengikuti kisahnya sekarang.

Selamat membaca!

Kukusan Depok
Ahad 27 Juli 2008


Berikut ini saya nukilkan beritanya dari penerbit versi Indonesianya langsung

THE GIRLS OF RIYADH


Penulis: Rajaa al Sanea
Penerbit: Ramala Books,
Tebal: 406 Halaman


Sekitar empat tahun yang lalu, penulis buku ini sempat membuat geger ara pengguna internet seantero Arab Saudi. Pasalnya, surat-surat elektornik yang ia kirimkan melalui mailist, secara berkala kerap melawan budaya di sana yang tabu untuk dieksploitasi.

Surat-suratnya bertutur soal kisah kehidupan empat cewek yang cukup tragis. Didalamnya mengangkat tema-tema miris soal gender, sex dan ketertindasan para kaum hawa yang terkesan bernilai rendah.


Walaupun dilarang oleh pemerintah Arab, penulis misterius yang belakangan di kenal bernama Rajaa al Sanea ini, akhirnya memberanikan diri untuk membukukan lika-liku riwayat para sahabatnya itu.

Kalau mau tahu sisi lain dari cewek-cewek Arab yang nyaris tak sempat terpikirkan, buku ini pas buat jadi bahan informasi. (edi)

18 FEBRUARI 2008

BASKO; Fenomena Seorang Saudagar


Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada' (al-Imron : 140)

Ada yang mengatakan bahwa hidup adalah perjuangan. Manusia diberi kemampuan untuk bisa melawan kehidupan yang keras. Sebagian mampu tegar kokoh menghadapinya, lainnya surut dan terlibas oleh kerasnya hidup. Nasib seperti hidup atau mati, kaya atau miskin, sedih atau bahagia, semua memang sudah takdirnya. Namun manusia tidak disuruh pasif menerima apa yang akan terjadi di depan. Masing-masing diberi kesempatan untuk berusaha (ikhtiar) dan berdoa. Selain itu, selalu berbaiksangka dan bertawakkal pada Sang Pencipta.

Hidup bukanlah sandiwara filem yang dimainkan oleh aktor atau aktris yang diarahkan oleh sutradara. Tapi kehidupan ini laksana rahasia Ilahi yang tak seorang pun mampu menebaknya. Hanya mereka yang diberi oleh petunjuk Ilahi yang mampu menangkap sinyal-sinyal tersebut. Ibarat roller coaster, suatu saat di atas, namun juga harus siap saat di bawah.

Bapak H. Basrizal Koto adalah salah satu dari sekian manusia yang patut menjadi contoh. Seorang saudagar berasal dari Padang. Pengalaman hidup pahit yang ia rasakan di masa kecil telah melecutnya menjadi seperti sekarang ini. Kesulitan hidup yang ia rasakan tidak membuatnya pasrah menerima nasib begitu saja. Dengan bekal tekad dan doa restu sang bunda ia merantau mengadu nasib.

Prinsip-prinsip hidup dari nasehat ibu tak ia lupakan. Berkat kegigihan dan kejujuran dari usahanya, lambat laun berubahlah nasibnya. Usahanya banyak yang sukses. Bahkan saat ini sudah ada 14 perusahaan yang tergabung dalam suatu group, BASKO HOLDING. Tersebar di Jakarta, Batam, Padang dan Pekanbaru. Di samping itu, ia juga diangkat menjadi ketua Forum Silaturrahim Saudagar Minang dan Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang Riau.

Akhir-akhir ini beliau banyak mengisi acara di berbagai forum mengenai pengalaman bisnisnya. Tentunya yang lebih menarik adalah perjalanan hidupnya dari seorang papa menjadi kaya raya. Anak dari keluarga miskin yang merantau dan sukses di perantauan. Suatu pelajaran yang berharga dari seorang anak bangsa yang bermental baja. Seorang saudagar dan entrepreneur.

Undangan ke Riau
Jum’at bulan lalu, 27/06/2008, saya bersama dua teman saya diundang untuk hadir pada acara khitanan putra bungsunya. Selain itu, kami bertiga juga diberi kesempatan melihat secara langsung bagaimana keluarga dan beberapa perusahaan yang ada di Pekanbaru. Suatu kehormatan dan pengalaman yang tak terlupakan.

Tiba di bandara Soekarno Hatta satu jam sebelum take-off. Kami bertemu rombongan dari beberapa staf dan asisten dari Basko Holding yang sama-sama akan ke Pekanbaru. Menurut rencana, setelah acara khitan mereka akan mengunjungi peternakan sapi di Rumbai dilanjutkan keesokan harinya rapat direksi perusahaan. Minggu baru kembali ke Jakarta. Di antara mereka ada yang sudah saya kenal seperti Pak Erjoni Suwikar sebagai direktur Basko Group di Jakarta dan Pak Machman sebagai Internal Control & Accounting.

Pesawat take off pukul 07.10 WIB dan dijadwalkan sampai di Riau pada pukul 08.30 WIB. Perjalanan udara Jakarta – Riau kurang lebih memakan waktu 1 jam 40 menit. Apabila ditempuh dari jalan darat akan memakan waktu 1 hari 2 malam. Tiba di Bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru pukul 08.30 WIB. Mobil jemputan telah menunggu di depan bandara yang akan membawa rombongan menuju kediaman Basko.

Perjalanan dari Bandara Sultan Syarif Kasim ke kediaman pak Basko memakan waktu kurang lebih 30 menit. Dari bandara kita menyusuri jalan Sudirman. Bagi saya, ini kali pertama ke Riau. Menurutnya, Riau sekarang, khususnya Pekanbaru, sudah banyak perubahan. Pembangunan dan ekonomi cukup pesat. Uniknya, kemajuan dan pesatnya pembangunan tidak melunturkan akar budaya daerah. Buktinya, beberapa bangunan megah yang dibangun selalu memasukkan unsur bentuk rumah adat Riau sebagai salah satu ciri khas budaya dan identitas kedaerahan. Usaha ini patut dicontoh di beberapa daerah lainnya. Bukankah identitas kebangsaan masih sumir dirasa. Oleh karena itu kita patutkan perjuangkan identitas dan budaya daerah masing-masing. Supaya tidak tergerus oleh nilai-nilai asing.

Acara Khitan


Pukul 09.30 WIB kita tiba di kediaman Pak Basko di Jalan Diponegoro No. 9 Pekanbaru atau di depan Rumah Sakit Umum Daerah. Tempat digelarnya pesta khitan. Rupanya pesta khitan akan digelar besar-besaran. Melihat tenda-tenda dan jumlah kursi undangan yang tidak sedikit. Beberapa kursi dan meja dibuat semacam round-table menghadap pada sebuah panggung. Saat itu hanya beberapa saja yang terisi, sebab acara khitan pagi itu hanya dihadiri oleh keluarga. Undangan baru akan datang pada siang hari dan puncaknya pada malam hari.

Putra bungsu Pak Basko yang dikhitan bernama “Wendoky Putra Basko”. Putra nomor enam dari tujuh bersaudara, adiknya terakhir adalah perempuan. Ia baru duduk Sekolah Dasar kelas lima. Masa-masa liburan kenaikan kelas seperti saat ini dimanfaatkan untuk khitan. Selain itu bisa berkumpul bersama seluruh keluarga di rumah.

Segala kegiatan acara digelar di halaman belakang rumah. Di tengah-tengahnya terdapat rumah panggung yang tingginya kurang lebih 1,5 meter serta mempunyai luas kurang lebih 5 m x 10 m. Menurutnya, rumah panggung yang disebutnya pendopo tersebut menyerupai rumah adat minang. Entah kenapa jarang ditemukan rumah adat minang di Riau ini. Mungkin itu sudah aturannya. Pendopo tersebut difungsikan untuk menjamu para tamu dan kumpul santai keluarga.

Tak jauh dari pendopo sebelah kirinya terdapat kolam renang mini. Gemericik air yang berhamburan di sela-sela bebatuan menambah hangatnya acara. Dendang alunan salawat yang dibawakan oleh group salawatan dari ibu-ibu. Mereka duduk rapi berjejer di tepian tembok rumah pendopo.

Kurang lebih 10 menit setelah kedatangan kita. Seorang pembawa acara mengumumkan bahwa acara khitan akan segera dimulai. Group pengajian rebana dari ibu-ibu yang tak putus-putus mendendangkan salawatan dari tadi berhenti sementara.

Wendoky Putra Basko tengah siap-siap di depan singasana tempatnya duduknya. Ia mengenakan celana panjang berwarna coklat terbuat dari sutra keemasan dipadu dengan baju koko panjang dengan bahan dan warna yang sama. Seorang dokter yang dibantu oleh seorang perempuan yang akan membantu operasi kecil tersebut juga sudah siap. Sebelum mulai dikhitan Pak Basko memberi sambutan kurang dari tiga menit. Intinya, ia berterimakasih atas kehadiran dan doa para hadirin untuk ananda Wendoky yang sedang disunat. Semoga anaknya tersebut saleh dan manfaat bagi dirinya, keluarganya, bangsa dan agamanya, sambutnya yang diikuti oleh ucapan amin dari segenap yang hadir.

Khitan pun dimulai. Dokter yang telah menyiapkan peralatan kedokteran sudah mulai beraksi. Dibantu oleh seorang asisten, dokter tersebut mengerjakan tugasnya dengan santai. Sedangkan Putra Basko tak sedikitpun kelihatan wajah takut di raut mukanya. Bapaknya menungguinya tepat di sampingnya bersama kakaknya, Zico. Sesekali Wendoky tersenyum ketika diajak bicara oleh ayahnya atau kakaknya. Tak terasa khitan sudah selesai. Kurang lebih seperempat jam lamanya. Sekarang, Wendoky sudah berdiri dan bisa mengenakan kembali celana panjang yang berbahan sutera tersebut.

Sambil berdiri ia kembali duduk di singasananya. Beberapa sanak saudara kemudian dipanggil satu persatu untuk memberikan ucapan selamat serta memberikan air yang dipercikkan di wajahnya dengan serangkaian daun. Saya tidak tahu adat apa namanya, lupa, padahal sudah diberi tahu. Dimulai dari amak dan mamak dari pihak ibu yang hadir pada saat itu. Kemudian berurutan Pak Basko, Istri, Kakak laki-laki lalu saudara-saudara laki Pak Basko. Acara selesai pukul 12.00 siang. Rehat sebentar untuk salat Jum’at.

Ba’da Jum’at rencananya akan digelar acara “Babako”. Dalam acara itu, rombongan amak dan mamak Pak Basko yang tinggal di Gobah, suatu daerah di Pekanbaru, akan datang bersama rombongan dengan membawa beberapa barang semacam seserahan. Mereka diarak dengan tabuhan kendang dan rebana. Rombongan ini akan langsung menuju rumah pendopo dimana yang khitan sedang duduk di kursinya. Pada saat itu akan menaruh segala seserahan di sana dan mamak memberi semacam gelang pada yang khitan. Begitulah kira-kira dari apa yang dilihat di lapangan.

Demikian dulu ceritanya, lanjutan berikutnya cerita mengenai keluarga dan peternakan sapinya di Rumbai.

Kukusan Depok
Ahad, 26 Juli 2008

Wednesday, July 9

Yuk Wisata ke Mekarsari

Amazing adalah kata yang telah menjadi slogan arena wisata buah ini, Amazing Tourism Park. Hamparan taman buah yang sangat luas tersebut letaknya di jalan raya Cileungsi - Jonggol Km. 3 Kab. Bogor. Luas kebun 264 ha. Koleksi tanaman lebih dari 100 ribu tanaman berbagai macam buah-buahan.

Selasa sore, 8/7/2008, untuk pertama kalinya saya menyaksikan kebun buah nan luas itu. Banyak sekali pengunjung yang memadati. Di antaranya ada yang datang dengan keluarga, rombongan tour bahkan ada yang cuma datang berduaan. Maklum saat itu masih liburan sekolah. Tapi menurut salah satu karyawan di situ, suasana lebih ramai lagi kalau hari Sabtu dan Minggu.

Tarif masuk lokasi, untuk mobil 20 ribu dan 10 ribu untuk motor. Sedangkan perorang dikenai biaya 10 ribu perkepala. Untuk dapat menikmati keseluruhan areal kebun para pengunjung harus kembali membayar 40 ribu perorang. Dengan biaya tersebut para pengunjung dapat menyaksikan kebun-kebun dengan mengendarai kereta keliling plus pemandunya.

Menurut salah seorang pemandu. Taman Wisata Mekarsari dulunya bernama Taman Buah Mekarsari, baru dua atau tiga tahun ini berubah nama. Terwujudnya taman buah ini adalah prakarsa dan atas inisiatif almarhumah Bu Tien Soeharto. Baru pada tahun 2001 Taman Buah Mekarsari dibuka.

Dari satu kebun menuju kebun lainnya. Saya terkesan dengan cara serta proses pengembangannya. Dari mulai pembibitan, perawatan, sampai pada musim panennya. Suatu proses yang tidak memakan biaya dalam jumlah sedikit. Sehingga kualitas buah juga dapat diandalkan. Hanya saja yang tidak bisa diakali adalah struktur dan jenis tanah yang tidak cocok untuk tanaman mangga dengan berbagai macam variannya. Akibatnya mangga di sana ketika panen tidak semanis mangga yang dapat tumbuh subur di beberapa daerah di Indonesia.

Kurang lebih 2 jam saya keliling di taman buah. Sayang, saat itu tidak lagi banyak musim buah. Sehingga beberapa buah andalan seperti durian, mangga, jeruk tidak lagi panen. Bagi peserta tour keliling taman wisata buah juga hanya diberi sebungkus salah 1/2 kiloan dan dua buah blimbing. Di kebun melon, tempat stasiun pertama, kita diberi tester buah melon yang dalamnya tebal berwarna orange, wuih rasanya muaaaniz banget.

Jadi yang penasaran, silahkan datang saja. Lebih baik diplanning datangnya waktu musim-musim buah tertentu. Misalkan Desember - Januari tuh, waktunya musim durian......

Selamat......