Friday, January 30

Kenapa Pelajaran Agama Tidak Menarik

Semalam saya ikut rapat bersama kawan-kawan dari Depag. Intinya membahas kenapa pelajaran agama tidak menarik dan apa yang bisa dilakukan oleh teman-teman (yang di Depag) untuk memberi solusi.

Untuk mengkaji hal tersebut memang perlu untuk diketahui terlebih dahulu, berkaitan tentang pendidikan agama, apa tantangan yang dihadapi. Jika sudah terumuskan maka akan diketahui langkah-langkah apa yang perlu disusun.

Merujuk pada PP Nomor 55 tahun 2007, ada istilah Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.. Sedangkan Pendidikan Keagamaan yaitu pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya.

Kalau merujuk dari term yang dibicarakan oleh teman-teman kedua-duanya masuk dalam ranah yang dibicarakan. Dari tantangan dan permasalahan yang dihadapi sekarang, terumuskan bahwa materi keagamaan kurang menarik serta kurang membekas pada para siswa dan banyaknya guru-guru agama yang kurang dan tidak kompeten dengan berbagai kondisi yang ada.

Kalau mengingat suatu pernyataan dulu di pesantren yang berbunyi “attoriqotu ahammu minal maadah, wal mudarrisu ahammu minattoriqoh, wa ruuhul mudarris ahammu minal mudarris”. Letaknya kelemahan sebetulnya di mana. Mengingat dalam agama dan pelajaran agama ada yang namanya knowledge dan dogma. Pelajaran agama sebenarnya cenderungnya ke mana di antara dua? atau harus mencakup kedua-duanya?

Mengingat pemerintah melalui Departemen Agama juga telah menggulirkan beberapa program yang disokong dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan. Namun entah bagaimana efektifitas dan capaian dari program-program tersebut. Jika gagal, perlu dilihat apa saja indikator-indikator ketidakberhasilannya.

Pendidikan agama tidak hanya tanggungjawab pemerintah, tapi tanggungjawab kita semua. Bagaimana pendidikan agama dan keagamaan bisa berkontribusi membangun karakter dan moralitas siswa-siswa.

Diperlukan kontribusi pemikiran, gagasan ataupun kalau sebuah buku tentang pelajaran agama yang unik dan inspiratif bisa diinformasikan. Demikian semoga bermanfaat untuk direnungkan dan dibicarakan.

Ciputat, 30 Januari 2009