Saturday, September 20

Tragedi Kemanusian Kembali Terjadi

Berita miris itu terus menerus diulang di layar kaca. Seakan-akan ingin menegaskan bahwa negara kita ini masih patut untuk dikasihani. Betapa tidak, tragedi kemiskinan itu kembali terulang. Kalau berita-berita kemiskinan sebelumnya banyak yang menampilkan kematian karena gizi buruk atau terlantar karena tidak sanggup membayar biaya rumah sakit. Baru-baru ini, peristiwa yang terjadi justru berbeda, ingin menyelamatkan orang miskin tapi malah bikin menderita.

Dapat dibayangkan, hanya demi uang 30 ribu rupiah 6000-an orang yang mayoritas sudah tua renta rela berdesakan dan akhirnya beberapa orang tewas karena habis nafas dan terinjak-injak. Padahal pembagi uang saat itu niatnya baik yaitu ingin mengeluarkan zakat dan berbagi sedekah. Tapi terkadang niat yang baik tanpa disertai perhitungan dan kewaspadaan hasilnya akan berbalik 100 %. Bayangan pahala yang sudah di depan mata seakan kemudian sirna, saat diketahui ada 21 nyawa melayang tanpa ampun dan puluhan lainnya luka harus dirawat di rumah sakit. Astaghfirullah

Peristiwa itu terjadi Senin siang, 15/09/2008, di Pasuruan, sebuah kota dekat ujung timur pulau Jawa. Seorang pengusaha kaya yang bernama H. Syaikhon, ingin membagikan zakatnya pada warga fakir miskin secara langsung, karena kurang yakin kalau dititipkan lewat lembaga zakat dapat sampai ke mustahiknya. Sudah menjadi kebiasaan, tiap tanggal 15 ramadhan ribuan warga berkumpul di dekat rumah orang kaya tersebut. Acara baru akan dimulai pada pukul 10.00, tapi mereka sudah memenuhi tempat sejak pukul 06.00 pagi. Jadi, orang fakir miskin yang menjemput bola. Tidak sebagaimana lazimnya dalam zakat fitrah yang dibagikan oleh amilnya dengan mendatangi orang-orang yang berhak menerimanya langsung. Para pengantri zakat, seperti yang terlihat di berita, kebanyakan adalah wanita-wanita tua renta dan pikun yang entah anak-anak mereka di mana.

Sebuah ironi di mana di saat yang sama Jawa Timur sedang menyelenggarakan pilkada dengan dana milyaran, di sisi lain masih banyak warga yang kekurangan mengharapkan uluran tangan. Momentum puasa untuk menghaluskan jiwa dan ikhlas “berbagi” nampaknya belum menghujam sasarannya. Masih saja kita saksikan para calon pemimpinnya buang-buang duit milyaran untuk berkampanye lewat televisi. Bukankah dengan dana tersebut akan lebih bermanfaat dan berguna jika disedekahkan kepada fakir miskin. Tentunya dengan cara yang patut tidak harus berdarah-darah bahkan sampai rela mempertaruhkan nyawa hanya demi 30 ribu rupiah.

Dengan kejadian tersebut sontak menjadi perhatian bagi seluruh warga Indonesia. Betapa berharganya uang senilai 30 ribu. Demi uang tersebut kaum fakir miskin rela berdesak-desakan, berhimpit-himpitan, berpanas-panasan, bahkan sampai terinjak-terinjak dan meregang nyawa di tempat. Kalau sudah terjadi demikian, siapa yang salah? siapa yang harus bertanggungjawab? siapakah yang akan mau menanggung biaya rumah sakit bagi mereka yang terluka parah? Wallahu a'lam.

Saat menonton berita tersebut, tak putus-putusnya saya menyebut kalimat istighfar, astaghfirullah. Ya Allah, kenapa ini bisa terjadi. Suatu kecerobohan yang harus dibayar dengan puluhan nyawa. Saat tubuh-tubuh yang tak bernyawa itu diangkat satu persatu dan ditaruh di atas mobil bak terbuka, hati ini seakan-akan gerimis "nyesek". Tragedi kemanusiaan apalagi yang hendak Engkau perlihatkan pada kami Ya Allah. Dalam hati bertanya, benarkan isi berita bahwa kemiskinan di negeri ini telah banyak berkurang? ataukah sekedar lips service semata dari para pemimpin negeri ini untuk menutupi kekurangamanahannya? Wallahu a'lam, sudah capek dan jengah dengan gaya-gaya politisi tersebut. Seandainya ongkos politik dapat diswitch untuk pemakmuran rakyat, akankah terjadi tragedi tersebut? tanyalah pada rumput yang bergoyang. Atau andaikan uang Negara yang dikorup oleh para koruptor dipakai untuk kepentingan ini, mungkin kejadian tersebut tidak akan terjadi. Sekali lagi andaikan, tapi berandai-andai dalam bahasa Arab “lau” adalah bisikan dari syaitan. Kita harus berusaha untuk menyelesaikan masalah ini dan tidak boleh berandai-andai.

Menteri Agama RI malamnya berkomentar, bahwa peristiwa tersebut tidak boleh terjadi lagi. Dalam penyaluran zakat dalam Islam sudah ada mekanismenya yaitu melalui badan amil zakat. Kejadian tersebut terjadi karena kekurangpercayaan masyarakat pada badan amil zakat. Padahal dengan badan amil zakat tersebut si penerima akan menerima bagian seperti yang si pemberi maksudkan, secara panjang lebar menteri menjelaskan. Di saat yang sama, ketua MUI Jawa Timur berkomentar bahwa niat yang baik tersebut jika membahayakan dan dapat menghilangkan nyawa orang lain hukumnya haram untuk dilaksanakan. Masih banyak lagi ulasan komentar dari berbagai pihak mengenai tragedi mengenaskan itu.

Dilema kehidupan satu persatu muncul dengan simponinya. Ada tawa, sedih, galau, gundah, riang, kecewa, emosi dan lain bentuknya. Sehari sebelumnya di Pamulang dan di Bojonegoro terjadi tawuran yang juga memakan korban jiwa. Di Pamulang, delapan remaja tewas tenggelam saat ingin melarikan diri dengan serangan puluhan orang yang tidak di kenal ketika mereka main petasan di tepi sebuah telaga. Di Bojonegoro, terjadi tawuran antar pemuda desa yang menelan korban seorang tewas dan puluhan lainnya luka berat. Ya Allah, nikmat yang mana lagi yang engkau dustakan? fabi ayyi aaalai Rabbikumaa tukadziban? Di bulan yang suci dan penuh barakah ini, bukankah Allah menjanjikan jutaan ampunan dan hidayah-Nya pada umat manusia yang bertakwa dan berpuasa. Allahummahdinaaa Ya Allah wa iyyaahum. Amien