Tuesday, January 2

Selesai Sudah UAS


Lega hatiku, telah selesai ujian akhir semester. Rasanya tidak nyenyak tidur, hati belum tenang. Mengingat tugas-tugas untuk jawab ujian yang menumpuk. Apalagi diingat referensiku sangat minim sekali. Aku kurang baca. Bacaanku belum banyak. Katanya untuk menjadi antropolog minimal harus baca kurang lebih 60 judul buku etnografi budaya. Setelah kuhitung-hitung bacaanku mengenai setting etnografi belum nyampe sepuluh. Buku-buku yang kubeli tahun ini memang lebih banyak dari biasanya. Selain memang buku wajib, sebagai referensi kuliah. Aku memang gemar mengoleksi buku, tapi belum tentu yang kukoleksi sudah terbaca semua. Konsekswensinya ya aku tidak bisa nabung.
Bagaimanapun, titik tolak usaha dan perjuangan sudah harus dimulai. Tak surut langkah untuk mundur meninggalkan medan perang. Tak sedikit dari kawan-kawanku bahkan bekas muridku menanyaiku perihal jurusan yang aku ambil, mengapa mengambil antropologi. Ku jawab dengan tegas, ilmu adalah milik Allah, maka jangan dibeda-bedakan yang penting keyakinan dan aqidah kita jangan sampai rusak. Justru dengan belajar kita akan semakin tahu makna dan hakekat hidup ini. Barangsiapa yang ingin dunia maka dengan ilmu, barangsiapa ingin akherat dengan ilmu, barangsiapa yang ingin keduanya juga dengan ilmu.
Kembali rasa hatiku dilanda kecemasan. Karena sebentar lagi ada registrasi. Berarti saya harus bayar semesteran sebesar 5 juta. Berat rasanya minta sama orang tua lagi. Tidak tega rasanya. Tapi alhamdulillah orangtuaku masih diberi kekuatan dan kesehatan untuk bisa membiayaiku. Memang dari ketiga saudaraku yang lain. Aku paling tidak mau merepotkan orangtua. Aku lama di pondok, belajar selama enam tahun ditambah enam tahun mengabdi. Selama mengajar itupun aku jarang minta kiriman. Bahkan hanya sekedar untuk beli baju lebaranpun aku sendiri yang malah ditanyain. Mau beli baju lebaran nggak? Minta uang berapa untuk beli baju baru? Aku jawab ndak usah deh. Dah udah nggak zamannya lagi setiap lebaran harus baju baru. Kedua kakakku (perempuan) semua sudah menikah. Kedua-keduanya menjadi dokter. Yang pertama sudah praktek di rumah. Sedangkan yang satu lagi belum praktek. Tinggal aku sama adikku. Adikku alhamdulillah sudah punya kerjaan, jadi polisi. Saya rasa ia tepat berprofesi menjadi polisi. Sebab ia memang nakal meskipun ia pernah mondok di Gontor sampai kelas lima. Tapi orangnya masih perlu untuk diarahkan dan diberi nasehat.
Liburan semesteran ini aku belum ada planning. Tapi rencananya ingin pulang ke Semarang. Orang tuaku juga bilang kalau liburan pulang. Uang semesteran sudah disiapkan oleh bapak di rumah. Suerrr, aku bokeekkkk. Pakai apa pulang?
Memang bulan ini habis-habisan. Meski aku tidak pernah minta-minta ke orang tua setelah pulang lebaran dari Semarang. Tapi sebelumnya aku minta modal buat beli laptop, dikasihlah aku 5 juta. Dengan catatan kalau kurang cari sendiri tambahannya. Karena barang inilah penting bagiku. Selain untuk menunjang kegiatanku kuliah juga untuk terbantukan kegiatan lainnya. Jadi waktu itu ingin sekali aku punya laptop. Hasrat yang tak terbendung ini akhirnya dapat jalan. Selagi aku mencari tambahan buat beli laptop. Bersyukur dapat rejeki. Bu Sri Astuti dan ust. Husnan kasih tambahan. Kekurangannya aku pinjam kakak sepupuku yang ada di depok. Akhirnya terwujud jugalah keinginanku.
Sangat aku rasakan sekali manfaatnya. Apalagi ketika menghadapi UAS. Dengan berakhirnya UAS, sebenarnya tidak terlalu gembira mengingat nilai belum keluar. Aku khawatir ada yang fail. Sebab sampai disitulah kemampuanku. Aku coba mengadaptasikan diri dengan ilmu baru dan wawasan yang menurutku sangat luas. Alhamdulilah teman-teman kuliahku juga akrab. Meski umur mereka yang jauh di atas saya. Kebanyakan mereka sudah kepala tiga bahkan yang menempuh s3 ada yang sudah berkepala empat. Namun semua nampak akrab. Dalam obrolan dan diskusi juga enak-enak saja. Sebab mereka adalah para calon antropolog.
November kemarin aku ulang tahun yang ke-26. Tak terasa umurku sudah 26 tahun. Perlu refleksi, kontemplasi, atau si..si.. yang lainnya. Terkadang untuk kembali ke masa lalu memang perlu. Untuk selalu mengaca. Intinya harus berpikir masa depan. Masa depan memang harus direncanakan terlepas nanti meleset atau tidak namun tetap kita berusaha dan ada niat. Ingin rasanya aku cepat selesai kuliah ini dan dapat berkarya dan bermanfaat bagi orang lain. Ingin rasanya kembali mengajar, kembali ngaji di masjid, kembali khutbah di depan jama’ah, kembali..kembali..dan kembali. Lan tarji’al ayyamul latii madzot!!!

Ciputat, 22 Desember 2006

No comments: