Tuesday, May 22

Perda Syariah, Legal system dan informan



Sore itu rencana aku ke kantor Center for the Study Religion and Culture (CSRC) di kampus II UIN Ciputat. Tujuan utama saya adalah ketemu sama Mr. Cyhenne (panggilannya syeiin) bule dari Australia, kaitan dengan tugas akhir antropologi hukum, saya ingin mohon dia menjadi informan saya. Meski sudah ada satu informan Mr. Robert Aaron dari Amerika, tapi untuk memperkaya bahan saya tambah dengan informan lain. Mr. Cyhenne adalah volunteer di kantor tersebut sebagai language editor atau bisa dikatakan sebagai editor bahasa, semacam itulah. Selain di CSRC dia juga diperbantukan di PPIM. Tugasnya hampir selesai, dari masa kontrak kerja yang dua tahun dia sudah bertugas selama 1,5 tahun. Sekarang tinggal di Simprug. He is a nice guy and helpful.

Selain itu saya juga ingin bertemu dengan Efri, staf administrasi di kantor CSRC. Soalnya ada amplop yang musti diambil. Setelah tiba saya langsung masuk ruangannya bang Irfan sebab di sana ruangannya Cyhenne. Tapi yang ada malah mas Aang. Kami ngobrol mengenai fenomena perda syariah di daerah-daerah. Saya tertarik melihat hasil penelitian mengenai perda syariah di beberapa daerah di Indonesia yang dilakukan oleh CSRC. Termasuk Aang yang bertugas di Bulukumba. Saya menanyakan tentang efektivitas penerapan hukum syariah di daerah-daerah tersebut. Aang menerangkan kalau banyak ketidakkonsistenan dari penerapan dan pembuatan undang-undangnya juga terkesan asal “copy paste”. Ini berimplikasi pada mendaratnya klaim-klaim pihak yang dirugikan, seperti para guru PNS yang dipotong gajinya sekian persen untuk bayar zakat sedangkan dia sudah banyak potongan-potongan untuk bayar utang sehingga dalam sebulan uang gajinya nyaris habis disunat sana sini. Akibatnya guru PNS tersebut diberi keringanan sedangkan yang lain tidak. Belum lagi masalah-masalah lainnya.

Banyak hal-hal yang lucu juga dari penerapan perda syariah ini. Di lain daerah seperti di Bima, Aang bercerita kalau di sana ada perda yang namanya “jum’at khusuk”. Satu jam sebelum salah jum’at semua jalan akses ke Bima, khususnya yang melewati suatu Masjid, ditutup. Semua harus masuk masjid ketika itu. Mereka tidak mempertimbangkan bagaimana keputusan itu malah mengganggu lalu lintas bagi non-muslim atau para musafir yang diberi rukhsoh untuk menjamak salatnya dan bagaimana apabila ada pihak-pihak yang sakit musti mendapat pertolongan darurat. Lain lagi di Cianjur sebelum masuk kota Cianjur di gerbangnya tertulis “gerbang marhamah”. Di Sulawesi, tidak jelas di mana tepatnya, dikenal suatu istilah keharusan memakai jilbab dengan “kain penutup bangkai”. Sebab Bupati suka sekali jika melihat perempuan berjilbab, sehingga kemana saja di mobilnya pasti ada banyak jilbab, jika ketemu perempuan di jalan tidak mengenakan jilbab dia berhenti lalu kasih dia jilbab. Pernah suatu kali ada acara dangdut, ia melihat penyanyi dangdut dengan goyangnya yang aduhai tapi tidak memakai jilbab, dia panggil lalu kasih jilban dan disuruh meneruskan goyang dangdutnya. Masih banyak lagi yang lainnya.

Bahkan di suatu daerah yang berbuat ceroboh, bagaimana dia meng“copy paste” rancangan undang-undang dari daerah lain, lalu dibawa ke DPRD untuk dibahas dan disahkan tapi ketika dibacakan masih tertulis di draf undang-undang tersebut nama daerah tempat dia mengkopi file itu. Bahlul.

Obrolan kami sudahi karena waktu memang sudah mendekati sore, saya tidak ingin kehilangan Chyenne yang biasa sudah pulang kantor sebelum magrib. Setelah itu saya minta nomor kontaknya oleh Silvi dan saya menemui mbak Efri. Setelah urusan selesai saya menuju PPIM di gedung sebelahnya. Ternyata Mr. Chyenne ada di sana, dia sedang mengedit tulisan di depan komputernya. Kabarnya dia baru vakansi di Australia dan baru saja tiba di Indonesia. Tersenyum dia kusapa. Lalu saya menanyakan padanya apakah kedatangan saya mengganggu pekerjaannya. Oh tidak..tidak, katanya. Saya mengutarakan maksud saya padanya. Di luar dugaan saya dia sangat antusias sekali untuk menuliskan pengalamannya tentang “policy” yang ada di Indonesia. Dia pernah ditilang sampai 16 kali yang ujung-ujungnya polisi minta duit. Pernah suatu kali dia duduk bersama polisi selama 3 jam hanya masalah penilangan, dia minta ditraktir makan dan minum tapi dia tolak. Dia malah meminta semacam surat denda atau diselesaikan di pengadilan tapi ditolak oleh polisi. Kata polisi, dia harus membayar dengan jumlah sekian untuk diuruskan pengadilannya nanti dan urusan selesei. Tapi tidak demikian yang dikehendaki oleh dia.

Dia juga banyak menanyakan tentang politik dan hukum di Indonesia. Secara tidak lengkap saya pun beri dia informasi secara proporsional sesuai dengan yang aku tahu. Tapi nampaknya dia sangat tertarik dan cukup lumayan informatif penjelasan saya. Ujung-ujungnya ke masalah korupsi. Bagaimana usaha kamu untuk bisa menyembuhkan korupsi di Indonesia. Wah pertanyaan berat sekali untuk dijawab. Presiden Indonesia juga belum tentu menjawab dengan tegas pertanyaan ini. Ia bandingkan di Cina dan beberapa Negara lainnya. Dimana hukum korupsi tegas ditegakkan akan makmur rakyatnya. Contoh yang nyata adalah di Singapura. Gaji presiden Singapura, menurutnya, adalah paling besar di dunia yaitu 1,5 juta US Dolar/tahun lebih besar gaji Presiden Amerika yang Cuma 400.000 Us Dolar/tahun. Tapi sistem pemerintahan dan birokrasi berjalan dengan baik. Karena dari atas sudah tidak mau korupsi sampai ke bawah pun tidak ada korupsi.

Kemudian kita diskusi masalah Perda Syariah di tiap daerah di Indonesia. Menurutnya, yang juga fasih berbahasa Arab, ketika di timur tengah penerapan hukum syariah cukup efektif. “I like Syariah” katanya. Karena dengan penerapan hukum syariah secara konsisten banyak orang tidak berani berbuat jahat. Contohnya di Saudi. Ketika dia bawa mobil dia tidak perlu mencabut kuncinya. Namun ada juga beberapa kejadian yang salah tangkap atau salah tuduhan karena altruisme lembaga pengadilan setempat yang lebih suka tuduhan tidak diarahkan pada penduduk arab setempat. Dia cerita sebuah kasus pemerkosaan terhadap perempuan arab yang dilakukan oleh kakaknya sendiri tapi dituduhkan kepada orang Bangladesh.

Akhirnya kami tutup obrolan kami karena listrik mati dan hari sudah gelap karena mendung. “kayaknya waktunya sudah harus pulang” kata dia. Sebelumnya dia menjanjikan kalau dia bersedia sebagai informan saya. Mekanisme dia sendiri yang akan menulis sesuai daftar pertanyaan yang sudah saya buat. Dia janji dalam minggu ini akan diselesaikan. Intinya dia antusias dan very helpful untuk saya. Thanks mr.

Depok, 22 Mei 2007



No comments: