Friday, December 12

Pengajian Dengan Perangkat Canggih

Dakwah, yang artinya ajakan atau seruan, bisa dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang metode ceramah langsung di muka umum, ada juga yang dakwah melalui media. Tergantung pada kesempatan pendakwah dan siapa yang didakwahinya.

Di zaman modern seperti sekarang ini, banyak sekali kemudahan-kemudahan yang kita temukan di sekitar kita. Salah satunya adalah Handphone. Suatu alat komunikasi yang bisa kita bawa kemana-mana setiap saat untuk komunikasi jarak jauh, menembus batas ruang dan waktu. Bahkan karena fungsinya yang vital, orang tidak mudah lepas dari alat komunikasi canggih yang harganya bisa terjangkau.

Hal-hal modern dan canggih seperti ini juga tak luput dijadikan sarana dakwah. Dulu, untuk adzan saja, orang harus meneriakkannya di atas menara dengan suara yang lantang. Saat ini, muadzin cukup berada di ruangan memakai microphone tanpa harus mengerahkan seluruh tenaga suara. Dengan demikian, microphone telah menjadi sarana dakwah yang efektif dan efisien. Ia bukanlah bid'ah, seperti yang dinilai oleh sebagian orang Muslim.

Untuk urusan dakwah, beberapa lembaga dan pusat dakwah juga telah memakai perangkat-perangkat modern dalam berdakwah. Tujuannya agar dakwah bisa diterima dan dicerna secara efektif dan efisien, tidak lagi monoton dan membosankan. Seperti yang telah dilakukan oleh Masjid Sunda Kelapa, dalam berbagai kegiatan pengajian di Masjid, pengurus Masjid telah menyiapkan perangkat projector LCD untuk menampilkan presentasi pendakwah. Selain itu juga dilengkapi dengan kamera shooting yang gambarnya ditembakkan pada dua layar besar yang dipasang di kanan kiri tempat imam. Dengan demikian para jama'ah dari jauh dapat melihat jelas siapa yang memberi pengajian dan materi-materi apa saja yang disampaikan.

Fenomena pengajian menggunakan perangkat LCD dan kamera shooting seperti ini tentu jarang ditemukan di daerah-daerah apalagi perkampungan. Kalau di Masjid Sunda Kelapa Menteng, tentu sudah kita maklumi bahwa jama'ah di sana mayoritas penduduk Menteng yang berekonomi menengah ke atas. Namun kemudahan-kemudahan tersebut hendaknyalah tidak meninggalkan esensi dari dakwah itu sendiri. Karena terlalu mengandalkan alat tersebut sehingga pendakwah merasa tidak perlu menguasai betul materinya. Pola pikir seperti ini yang perlu dirubah. Hendaknya kita kembalikan pada fungsi dan tujuan dari penggunaan alat tersebut dalam berdakwah. Yaitu untuk memudahkan pesan yang disampaikan agar mudah diterima oleh pendengarnya. Sehingga amar ma'ruf nahi mungkar dan tawasauw bilhaq wa sabrnya tepat sasaran dan ada atsar (bekas). Wallahua'lam bisshowwab

Ciputat 12 Desember 2008

No comments: