Monday, January 7

Sidang Promosi "Doktor" Agus Maladi

Sidang Promosi "Doktor" Agus Maladi
(Kontestasi Kekuasaan acara berita, gosip, dan isu seputar selebritis)

Rencananya pagi itu, 3/1/2008, saya akan berkonsultasi kepada pembimbing thesis, Prof. Afid. Di saat yang sama beliau juga sedang menguji pada sidang promosi doktor Agus Maladi Irianto dan Fikarwin. Keduanya sama-sama mengaitkan topiknya dengan isu kekuasaaan. Dan keduanya juga adalah calon doktor antropologi UI. Saya pun disuruh datang dan hadir pada acara tersebut.

Judul disertasi mas Agus berbunyi "Kontestasi Kekuasaaan Sajian Acara Televisi, Studi tentang Program Tayangan Infotainment" . Kebetulan saya agak terlambat masuk. Namun saya sepenuhnya mengikuti sesi pertanyaan-pertanya an dan sanggahan-sanggahan dari para penguji. Penguji-pengujinya terdiri dari; Prof. Dr. Maswadi Rauf, MA sebagai ketua sidang, Prof. Achmad Fedyani Saifuddin sebagai promotor, Dr. Thun Jun lan, Dr. Haneman Samuel dan Iwan Tjitradjaja, PhD.

Kesempatan pertama diberikan kepada Dr. Thun Jun lan. Beliau banyak mempertanyakan mengenai kontestasi kekuasaan yang terjadi dalam proses produksi. Kontestasi kekuasaan dalam wujud apa sebenarnya yang dimaksud oleh peneliti. Kalau kekuasaan yang dimaksud tidak berarti monopoli oleh seseorang lalu bagaimana dengan otoritas sebagaimana disebutkan pemimpin redaksi punya otoritas. Bagaimana pula staf redaksi, kru redaksi sampai reporter atau narasumber sendiri apakah mereka tidak punya otoritas. Jika demikian, apakah kekuasaan yang terjadi di sini otoritas atau ketergantungan. Pertanyaan lainnya, mengenai interpretasi dari kata-kata yang digunakan oleh peneliti dalam menerangkan kontestasi yang terjadi pada proses produksi, dalam kata-kata "bekerjasama, berjuang dan menghancurkan" bagaimana realitasnya.

Mas Agus kelihatan agak nervous dalam menjawab dari pertanyaan-pertanya an tersebut. Namun satu persatu dijawabnya dengan pelan-pelan. Inti dari jawabannya, bahwa kontestasi kekuasaan memang terjadi dalam proses produksi. Sampai ke produksi sebelum tayang masing-masing punya otoritas. Satu sama lain juga dalam posisi ketergantungan. Reporter punya otoritas, begitu juga pemimpin redaksi. Tapi mereka juga bergantung sama lain. Sedangkan yang dimaksud dengan interpretasi dari kata-kata yang dipertanyakan adalah terjadi perang narasi dalam proses produksi. Ia mengakui lebih banyak mengemukakan data kontestasi yang terjadi antara reporter dan narasumber dari proses produksinya.

Dr. Haneman dari Sosiologi yang diberi kesempatan selanjutnya memilih pertanyaan-pertanya an yang tersirat. Kalau yang lain mempertanyakan apa yang tersurat dari disertasinya dia lebih mempertanyakan hal-hal yang tersirat. Mungkin ini dapat menjadi refleksi kawan-kawan yang menempuh tingkat doktoral antropologi. Menanggapi perkembangan ilmu sosial saat ini yang multi-paradigmatik dan multi-perspektif, bagaimana menurut anda sebagai calon doktor? apakah anda sudah benar jika menentukan suatu paradigma seperti yang sudah anda kerjakan dalam disertasi anda?. Kemudian, Saudara meneliti dan terjun langsung dalam dunia yang anda teliti. Anda banyak menemukan banyak data-data empirik. Sedangkan disitu ada reporter, kru redaksi, staf redaksi dan pemimpin redaksi, dimana posisi Agus Maladi dengan realitas-realitas yang mereka punyai, dalam arti, dimana kaitannya antara realitas Agus Maladi dengan realitas-realitas mereka, apakah realitas anda paling benar, tolong dijawab berdasarkan epistemologi pengetahuan. Pertanyaan ketiga, apa tugas suci dari seorang doktor antropologi Indonesia pada abad 21 ini. Untuk pertanyaan terakhir, ia mendahului dengan menyebut beberapa peneliti dari luar negeri yang sudah melakukan penelitian di Indonesia diantaranya adalah Geertz, Anderson dll. Masing-masing punya konsepsi sendiri-sendiri mengenai Indonesia, saya bisa setuju atau tidak setuju atas konsepsi tersebut, sebagai calon doktor antropologi, now what is your conception about Indonesia?

Untuk kesempatan terakhir kali diberikan oleh Pak Iwan. Ia cukup mengapresiasi usaha kerasnya yang menyelesaikan disertasinya. Namun ada beberapa hal yang belum lempeng yang patut dipertanyakan. Pertama, dalam disertasi, anda menyebutkan dua konsep teori Gidden dan Foucault, meski secara tegas anda sebutkan tidak akan menerapkan dengan mutlak kedua konsep teori tersebut namun sepertinya anda telah memaksakan kedua konsep tersebut dalam membaca realitas, ini bertentangan dengan sifat penelitian anda yang kualitatif karena mengedepankan emik. Kedua, ada kata-kata yang perlu diperjelas seperti bagaimana kerjanya kekuasaan dapat dilihat melalui praktik-praktik sosial, di lain tempat anda menyebut "ditandai", dalam bahasa antara "melalui" dan "ditandai" berbeda sekali, bagaimana yang benar. Selain itu, anda jelaskan ketika menyebutkan realitas-realitas yang terjadi dengan kata "diantaranya atau antara lain" berarti ada realitas-realitas lain yang diabaikan, bagaimana penjelasan anda. Ketiga, kata "menghasut" dalam sub-judul "tayangan infotainment menghasut pemirsa", bisa menyebabkan pandangan negatif dan reaktif dari mereka yang anda teliti. Setelah saya teliti, arti kata "menghasut" berarti upaya membangkitkan amarah dan emosi orang untuk melawan serta menghancurkan. Apakah ini benar yang anda maksudkan?. Pertanyaan terakhir, dalam sebuah penelitian antropologi saat ini sudah meninggalkan tradisi lama, sekarang sudah tidak lagi meneliti masyarakat tradisional, namun demikian, dalam penelitian anda tidak banyak konsep kebudayaan yang disinggung, konsep-konsep kebudayaan yang anda singgung dalam penelitian anda masih sumir. Bagaimana penjelasan anda? (Dalam percakapan pak Iwan kemudian, saya baru tahu bahwa penelitian antropologi saat ini sudah tidak harus melulu bicara masalah kebudayaan, seperti yang ditulis oleh lila abu lughod dan lainnya, salah satunya buku yang berjudul "anthropology beyond culture", pertanyaan tersebut nampaknya tidak seperti yang dijawab oleh pak Agus Maladi ketika menjawab pertanyaan serupa dari pak Iwan).

Begitulah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh para penguji. Yang pada akhirnya, Mas Agus sudah disahkan menjadi doktor dengan predikat cumlaude. Saat itu juga dilantik oleh Prof. Afid yang juga sebagai pembimbingnya. Menurut mas Tommy, Mas Agus menyelesaikan doktornya dalam waktu 2 setengah tahun. Suatu usaha yang sangat keras. Setidaknya ini memberi pelajaran dan gambaran buat kita-kita yang akan menempuh penelitian dan ujian seperti itu. Khususnya bagi para kawan-kawan yang menempuh s3. Mas Azis, ayo cepetan digarap tulisannya jangan terlelu terlena dengan bisnis suteranya hee..hee., mas Reza juga, mas Heri, mas Marko dan mas-mas yang lainnya. Juga mbak Endang, partner saya yang sudah lama nggak ada kabarnya, dan mbak-mbak lainnya. Selamat dan sukses buat teman-teman.
(maaf kalau tulisan kurang nyaman dibaca, thanks)
Pancoran Mas Depok, 4 Januari 2008

No comments: