Wednesday, December 19

Ied mubarok, iedul adha



Allahu Akbar

Allahu Akbar

Allahu Akbar

Laa ilaha illaAllahu Allahu Akbar

Allahu Akbar walillahi-l-hamd ... 3x

Pekik takbiran terdengar malam itu. Menandai masuknya hari raya Qurban atau iedul adha. Nun jauh di sana para hujaj sedang menunaikan ibadah haji di Makkah. Saat ini sedang ramai-ramainya tawaf setelah sebelumnya wukuf di Arafah. Ya Allah, Allahummarzuqni ziyarata baitikal muharram. Amin ya Rabbal 'alamin.

Muslimin di Indonesia merayakan hari raya Qurban tahun ini pada Kamis 20 Desember 2007. Lima hari kemudian ada perayaan suci juga bagi umat kristiani. Menyusul lima hari kemudian tahun baru. Subhanallah waktu berjalan begitu cepat. Apa yang sudah saya perbuat.
Bagi muslimin hikmah perayaan hari besar ini adalah bagaimana pelajaran untuk berkorban, berkorban dengan seluruh apa yang dimilikinya lillahi ta'ala. Sebab semua apa yang kita miliki adalah titipan dari Dia. Kelak akan kembali juga padanya. Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan.

Mari kita petik hikmah dari kisah Nabi Ibrahim AS. Ketika beliau mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya Ismail, beliau patuh dan tawakal. Setelah bercerita mimpi berupa perintah Allah SWT padanya, beliau tanya Ismail dulu "bagaimana menurutmu ya Ismail". "Lakukanlah wahai bapakku, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang saleh". Kedua-duanya memang saleh dan patut menjadi model suatu pengorbanan yang tertinggi. Karena keikhlasan keduanya yang paripurna, akhirnya Allah SWT menggantikan penyembelihannya dengan "dzibhin adzim", sebuah sembelihan besar berupa domba yang gemuk.

Subhanallah. Betapa ironisnya jaman sekarang ini. Gap sosial sangat tinggi sekali. Kapitalisme global membuat orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Kemiskinan terstruktur ini kalau tidak sama-sama ada yang care akan berakibat pada meningkatnya angka kriminalitas. Tingginya kriminalitas membuat situasi politik, sosial, ekonomi dan agama tidak aman. Begitulah masalah sosial yang involutif (mbulet).

Berkorban atau pengorbanan dalam artikulasi sosial muncul dalam sifat-sifat seperti kedermawanan, toleran, solider, dan ringan tangan (suka membantu). Sifat-sifat buruk seperti egois, bakhil, egp (emang gue pikirin), dan lain-lain dibuang jauh-jauh. Tolak ukurnya hikmah dari Nabi Ibrahim tadi. Bagaimana sampai nyawa anaknya siap beliau kurbankan lillahi ta'ala.
Berbagai gerakan karitas saat ini muncul di Indonesia. Di antaranya adalah gerakan wakaf, zakat, infaq dan sadaqah. Beberapa lembaga atau badan didirikan untuk mengefektifkan amanah ini dengan baik. Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, sebenarnya Indonesia punya potensi untuk maju dan makmur. Tidak ada lagi para gelandangan, gembel di jalan-jalan, atau pengangguran jika semua sama-sama merapatkan barisan. Bersama bersatu, satu visi dan satu visi.

Alih-alih memberi suatu aksi nyata buat umatnya. Para elit dan tokoh agama sendiri sudah terkotak-kotakan dengan interes pribadi dan kelompok. Para pengikutnya pun dengan sendirinya juga terkotak-kotak. Perbedaan dengan pengkotak-kotakan tersebut tidak ada masalah jika mereka fahami perbedaan tersebut sebagai hikmah dapat tukar pikiran dan saling nasehat menasehati. Yang terjadi malahan baku hantam dan pertentangan.

Dengan hari yang mulia ini, kita berdoa sama-sama semoga kita dapat merapatkan barisan. Peduli amat dengan labeling orang luar kepada kita berupa sekuler, fundamentalis, radikalis, teroris dll. Sudah jemu dikatakan demikian. Jawabannya adalah mari berbuat nyata untuk umat. Wallahu fi 'aunil abdi maa daamal 'abdu fi 'auni akhiihi.

Bekasi 20 Desember 2007

Ba'da subuh sebelum salat 'ied

No comments: