Monday, December 17

Presentasi proposalku




Lega rasanya kalau sudah dapat jadwal presentasi seminar proposal. Namun kegundahan datang sehabis seminar. Disetujui tidak proposal saya ya.

Senin siang, 17/12/2007, saya bersama mbak Kun dijadwal presentasi proposal. Prof. Afid dan Pak Iwan menjadi pengujinya. Perasaan grogi, pede, dan kurang yakin bisa, menghantuiku. Pingin rasanya cepat-cepat presentasi lalu menjawab semua pertanyaan dari dosen. Lalu beres.

Ternyata belum beres. Presentasiku selama 15 menitan seperti berjalan cepat. Belum sempat saya jelaskan secara detail. Mungkin itu salah saya sendiri karena terlalu panjang. Barangkali terlalu banyak konsep-konsep yang saya jelaskan. Ah tidak. Itupun sudah saya pangkas dan terus menerus saya perbaiki. Itu sudah maksimal bagi saya.

Pak iwan memberi waktu bagi saya untuk duluan. Pertama saya jelaskan latarbelakang lalu ke permasalahan penelitian seperti yang dianjurkan oleh mas Jaya. Baru masuk ke tela’ah konseptual dan metodologi penelitian.

Selesai presentasi dilanjutkan dengan pertanyaan dari hadirin yang hadir. Kebetulan saat itu yang hadir menyimak kami presentasi hanya seorang. Dialah Yusran Darmawan. Hanya dia yang sempat dan mau datang. Dapat dimaklumi kawan-kawan sedang menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang sudah mau deadline. Yusran saat itu menanyakan tentang istilah modern dalam kata Pondok Modern Gontor. Apakah penggunaan istilah tersebut mengartikan kalau Gontor kurang percaya diri, akhirnya menggunakan kata modern. Apakah hanya dengan menggunakan bahasa Inggris dan Arab bisa dikatakan modern. Selebihnya ia memberi masukan tentang penelitian.

Jawaban saya mengenai kata modern tersebut, bahwa kata modern datang sendiri dari masyarakat ketika melihat Gontor saat itu berbeda sistem pendidikannya dengan pesantren pada umumnya. Jika ingin menelesuri akar kemodernan Gontor memang tidak dilepaskan dari segi historisnya. Yakni ketika terjadi modernisasi di Gontor dengan diterapkannya sistem mu’allimin pada tahun 1936. Sebagaimana sistem pendidikan di Noormal Islamic School di Padang. Pak Iwan kemudian menyudahi jawaban saya dengan mengatakan, wah ini jawaban dari orang Gontor, orang yang pernah belajar di Gontor, sambil bercanda.

Pertanyaan selanjutnya datang dari Prof. Afid, pembimbing akademik saya. Kepada beliau-lah saya terus intensif berkonsultasi mengenai rencana penelitian saya. Pertanyaan beliau sangatlah pelik. Ia bertanya apa yang membedakan kajian kamu secara spesifik dengan kajian-kajian sebelumnya mengenai pesantren ini. Pertanyaan kedua, bagaimana punishment dan disiplin sebagaimana yang kamu ungkapkan dikaji secara antropologis, bagaimana posisi konsepnya?. Hanya pertanyaan pertama yang saya kira jawabannya baik. Untuk pertanyaan kedua, saya sendiri kurang yakin benar. Karena setelah mendengar jawaban saya beliau mengatakan kalau itu ada masalah di metodologi, Pak Iwan yang lebih tahu.

Giliran pak Iwan, ketua Jurusan Pascasarjana Antropologi, menanyaiku. Beliau dikenal disiplin dan ketat dalam masalah metodologi. Pertanyaan beliau mempertegas kembali, dimana posisi saya dalam penelitian ini. Apakah saya akan meneliti disiplin di pesantren atau masalah kekuasaan, atau masalah disiplin yang ada hubungannya dengan kekuasaan. Meski sudah saya dahului ketika presentasi bahwa konsep-konsep yang saya jelaskan tidaklah akan saya terapkan secara penuh nanti di lapangan. Itupun kurang membantu meyakinkan. Seakan-akan saya memaksakan isu kekuasaan dalam penelitian ini. Itu mungkin kesalahan saya. Pada akhirnya, Pak Afid lebih bijak mengarahkan penelitian saya ke arah etnografi pesantren. Sehingga jawaban saya yang ingin menjelaskan bahwa di pesantren sendiri isu kekuasaan itu pasti ada itu semakin memperumit masalah. Menurut pak Iwan arah penelitian saya belum jelas.

Waduh, gimana nieh. Saya kurang hati-hati dalam pembahasan konsep dan teori sampai dampaknya ke urusan metodologi. Sehingga setelah selesai pun saya tidak tenang. Pak Iwan kemudian memberitahu kalau pengumumannya ditunggu besok atau lusa bisa ditanya di jurusan. Mak tratap atiku, lanjut opo ora yo. Saya berdoa lulus dan lanjut. Sehingga rencana penelitian ke lapangan tidak tertunda lagi.

Mungkin sampai sinilah usahaku. Yang bisa hamba lakukan sesudah berusaha adalah berdoa. Semoga apa yang telah saya usahakan terkabul dan diridloi sama Allah SWT. Amin ya Rabbal ‘Alamin. Semoga hambamu ini diberi yang terbaik.

Pancoran Mas, 18 Desember 2007
Pukul 04.45 – 05.30 ba’da salat Subuh.

No comments: